Rabu, 24 Juni 2009

TERSERAH PADA TUHAN

Oleh : Pdt Em. Rony Gunawan S.Th. - Cimone



I Sam. 1 : 9 - 17, 28


Syalom.
Saudara, kalau seseorang ditanya mengenai keinginan, cita-cita dan harapan yang mau dicapai untuk masa depannya, pada umumnya orang menjawab, ”Ya.., terserah yang di ataslah”. Maksudnya, "Terserah Tuhanlah." Bagi yang baru menikah mungkin akan menjawab,”Kami akan berusaha membentuk rumah tangga yang bahagia, yang langgeng. Kalau bisa yah sampai maut memisahkan, tapi kalau yang di atas maunya lain (bercerai), ya…terserah Dialah (Tuhan). Bagi yang baru mendapat gelar sarjana, mungkin pertanyaan tersebut akan dijawab, ”Kemauan dan cita-cita saya sih banyak, mau jadi pebisnis yang berhasil, mau jadi pengacara yang dapat membela orang yang tertindas, mau jadi dokter yang dapat memberikan fasilitas pengobatan yang rendah biayanya, ya….jadi orang kayalah. Saya tidak mau jadi orang yang miskin, orang tua saya sudah banyak menderita buat saya. Tapi semua terserah yang di atas lah…."

Dalam kenyataannya perkataan,”terserah yang di atas” hanya sekedar basa-basi atau usaha untuk tidak mau menjawab pertanyaan yang sebenarnya, atau orang itu tidak mengerti apa sesungguhnya yang dimaksud dengan “terserah pada yang di atas”

Perkataan ini juga pernah diucapkan oleh seorang ibu muda yang bernama Hana, yang tinggal di kota Ramataim, sebagaimana diceritakan dalam Alkitab. Namun, dibalik kata yang singkat ini dia mau menyatakan pengakuan imannya, bukan sekedar basa-basi. 
Marilah kita mau memahami arti ucapan , “Terserah Tuhan” yang diucapkan oleh Hana ini.


POKOK RENUNGAN


TERSERAH PADA TUHAN BERARTI TUHAN SEBAGAI PENENTU DALAM HIDUP KITA


Sudah sekian lama Hanna menikah tapi belum dikaruniakan anak. Dalam I Sam. 1: 16 dikatakan bahwa ia sangat cemas dan sakit hati. Mengapa ia cemas ? Mengapa ia sakit hati ? Ia cemas masa depannya sebab tidak ada orang yang jadi penerus keturunannya, dia cemas kalau suaminya tidak mengasihinya dan mempedulikannya sebab dia tidak mempunyai anak. Dia cemas untuk masa tuanya, siapa yang merawatnya kelak. Mengapa ia sakit hati ? Sebab istri kedua dari suaminya selalu mengejek dia karena kemandulannya. Kalau orang lain yang mengejek, mungkin tidak terlalu menyakitkan hatinya, sebab orang lain cuma sekali-sekali bertemu. Orang yang mengejek justru madu suaminya, yang tinggal serumah dengan dia, tiap hari bertemu dengannya. Siapa yang tidak mengkel, jengkel dan sakit hati ? Dalam kecemasan dan kejengkelannya ia berdoa pada Tuhan agar Tuhan mengaruniakan dia seorang anak. Dan dia berjajnji bahwa kalau diberikan anak, sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan, menjadi hambaNya, orang yang sepenuh hidupnya untuk melayani Tuhan melalui pelayanan ibadah umat Israel. Menyerahkan anaknya pada Tuhan itu, berarti Tuhan yang mempunyai hak untuk menetapkan anaknya itu bagaimana dan akan jadi apa kelak.

Saya teringat pada waktu saya masih kecil. Saya pernah tahu suatu tempat di daerah Perniagaan/Toko Tiga/Kongsi Besar Jakarta, ada tempat penitipan anak nakal. Pengelolanya dikenal dengan sebutan pak Bongso. Setiap orang tua yang menyerahkan anaknya untuk dibina pak Bongso, mereka harus memberikan hak sepenuhnya kepada pak Bongso bagaimana cara mendidik anak-anak mereka. Misalnya, jika anak-anak mereka digunduli, dihukum dengan cara apapun kecuali dibunuh dsb, ya…mereka harus menerimanya. Para orang tua harus bersedia menerimanya. Para orang tua tidak diperkenankan mengunjunginya selama pengasuhan pak Bongso. Terserah atau menyerahkan, berarti otoritas/hak sepenuhnya diserahkan pada pihak lain. Bukan sekedar sebagai tanda kejengkelan atau kekesalan yang biasa diucapkan oleh banyak orang. "Terserah kamu deh, aku tidak mau pusing.", ucapan seperti ini sering kita dengar, bukan ? 
 

Dalam Matius 28 : 18 Yesus berkata:"KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." Yoh. 3 : 35-36 tertulis,” Bapa telah mengasihi Anak (Yesus) dan telah menyerahkan segala sesuatu padaNya. Barangsiapa yang percaya kepada Anak ia memperoleh hidup yang kekal, tetapi barang siapa yg tdk taat kpd Anak , ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah ada padanya. Hak/otoritas yang menentukan keselamatan manusia sepenuhnya ada didalam tangan Yesus. Yesus mempunyai hak/otoritas terhadap makhluk di bumi dan di sorga. Karena itulah Yesus yang kita sembah dalam hidup kita bukan sebagai nabi atau rabi tapi sebagai Allah dan Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan ucapan raja Hizkia,”Serahkan dirimu kepada Tuhan” ?(II Taw. 30 : 8) dan ucapan rasul Paulus,“Serahkan dirimu kepada Allah” ? Yang dinyanyikan umat Kristen di Gereja,sambil mencucurkan air mata, mengingat nasib yang penuh derita,”Aku berserah……aku berserah”? Tubuh kitakah yang kita serahkan pada Tuhan ? Uang kitakah ? Memang tubuh dan apa yang kita miliki seharusnya kita serahkan sebagai rasa syukur pada Tuhan, dipakai untuk pelayanan atau operasional gereja, tapi arti dari,”Terserah Tuhan” atau “Berserah pada Tuhan”, adalah kita harus mengakui bahwa yang punya otoritas/hak untuk menentukan apa dan bagaimana hidup kita adalah Tuhan sendiri. Inilah yang harus kita pahami arti “berserah kepada Tuhan” atau “terserah Tuhan”. Pengakuan kita bukan hanya di mulut, tapi di dalam praktek atau perbuatan kita sehari-hari.

Yang jadi pertanyaan adalah (pertanyaan klasik) ,”Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita bakal dijadikan apa oleh Tuhan dan bagaimana keadaan kehidupan kita yang ditentukan oleh Tuhan itu nanti? ”Orang yang bertanya seperti inilah yang akhirnya bisa pergi ke peramal (fortune teller), dukun (superstitiuos), tukang sihir, ahli nujum dsb, karena mau tahu bakal jadi apa dan bagaimana keadaannya nanti. Orang ini memaksakan dirinya untuk tahu, dirinya akan jadi apa dan bagaimana keadaan hidupnya kelak. Memang mau tahu atau keingintahuan nasib atau masa depan hampir dimiliki semua orang. Saul pergi ke dukun, Daud memohon pada Tuhan dengan berdoa,”Tuhan beritahukanlah ajalku.”(Maz. 39:5) Apa sebabnya ? Sebab mereka berada dalam kecemasan, terteken, dalam penderitaan, kesepian dan sebagainya. Coba perhatikan, siapa saja yang datang ke peramal atau yang membaca horoscope ? Orang yang bermasalah, yang belum punya pacar sedangkan umur sudah berkepala tiga, maksud saya sudah berumur tigapuluhan; Orang yang baru berscerai; Orang yang tidak punya kerjaan. Pada umunya orang kaya dan yang happy hidupnya tidak suka pergi ke tempat peramal. Ada juga sih...

Memang semua orang tidak mau dalam keadaan tidak menyenangkan. Contohnya : Kalau seseorang mendoakan orang muda yang sakit, apalagi pacarnya, dia berdoa dan berpuasa seolah-olah memaksa Tuhan untuk menyembuhkannya. Tapi kalau yang didoakan adalah seorang yang tua renta, berpenyakitan, apalagi yang merepotkan dia, dia berdoa memaksa Tuhan supaya orang itu dipanggil saja ke Sorga.

Rasul Paulus berkata,”Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan sehingga ia dapat menasehati Tuhan ? Tetapi kami mempunyai pikiran Kristus. Apa artinya ? Tidak ada orang yang megetahui seutuhnya pikiran Tuhan. Karena kalau tiap orang tahu pikiran Tuhan tentang  dirinya dia akan protes, berdebat, bahkan bisa menasehati Tuhan. Yang kita tahu adalah pikiran Kristus, yaitu apa yang difirmankan oleh Yesus ttg diri kita secara umum. Bahwa kita yang percaya padaNya diselamatkan, jadi anak-anakNya, disertaiNya selama hidup di dunia melalui Roh KudusNya, dan disediakannya sorga buat kita.

Apa dan bagaimana keadaan kita kelak, Tuhan tidak memberitahukannya. Apakah kita bakal jadi dokter, pedagang, pengusaha, sopir, tukang bajaj, guru, polisi , tentara, arsitek, pelukis, penyanyi dan sebagainya, Tuhan tidak memberitahukan. Begitu juga, apakah kita bakal tinggal di rumah mewah bertingkat, dikomplek perumahan mewah , di rumah kontrakan, dikampung yang kumuh, juga Tuhan tidak memberitahukan. Lalu bagaimana dong ? Yang kita lakukan adalah kita harus mempunyai keyakinan dan kemauan untuk “hidup lebih baik”, “hidup semakin makmur jaya”, “semakin sehat walafiat” “semakin giat beribadah pada Tuhan”. Isilah kehidupan ini dengan motto "ORA ET LABORA"( BERDOA DAN BEKERJA ) Jangan hanya berdoa tapi ora kerja. Mau sehat ? Berdoa dan berolahragalah; Mau kaya ? Berdoa dan berbisnislah dengan tekun dan rajin serta memiliki pengetahuan  bisnis yang baik. Kalau Anda bercita-cita jadi orang kaya jangan bercita-cita jadi guru, polisi, perawat, tentara atau satpam, milikilah kerjaan atau bisnis yang memungkinkan Anda bisa kaya. Ingat, Tuhan sebagai penentu dalam hidup kita, tapi pilihan diberikan kepada kita.

TERSERHAH PADA TUHAN BERARTI MENGAKUI KEMAMPUAN ALLAH

Hanna menyerahkan anaknya Samuel kepada Imam Elli sambil berkata,”Aku menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan.” (I S 1 : 28) Hanna menyerahkan anaknya seumur hidup untuk melayani Tuhan di tempat ibadah yang dipimpin oleh Imam Eli.

Kalau Hanna berbuat seperti itu, karena ia mengimani bahwa Tuhan sanggup/mampu memberikan yang terbaik buat anaknya. Ia yakin bahwa Allah mempunyai kemampuan yang maha luar biasa untuk menjadikan Samuel orang yang berguna. Bahkan sebelum ia mengandung ia mempunyai keyakinan ini. Keyakinan seperti inilah yang membuat dia berdoa agar dia dikaruniakan anak.

Jika seseorang berkata,”Terserah Tuhan”, seharusnya ia mempunyai keyakinan bahwa Tuhan mampu atau sanggup melakukan sesuatu untuk kebaikan dirinya. Sayangnya, ada saja umat Tuhan yang lain di mulut lain di hatinya. Mulutnya mengatakan “terserah Tuhan”, tapi hatinya sangat risau, tidak sejahtera, penuh kekuatiran karena mempunyai  masalah yang menekan hidupnya.

Dalam Maz. 78 : 19 -21 tertulis, “ Mereka berkata kepada Allah:Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun ? Memang Ia memukul batu sehingga terpancar air dan membanjiri sungai-sungai, tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga atau menyediakan roti untuk umatNya ?” Sebab itu ketika Allah mendengar hal itu Tuhan gemas.”

Siapa yang tidak gemas, kalau omongan umat Israel seperti itu. Percaya bahwa Tuhan yang membelah Laut Kolzom/Laut Merah, percaya Musa dengan mengetukkan batu , dan batu mengeluarkan air yang melimpah karena kuasa Tuhan, tapi tidak percaya Tuhan memberikan kebutuhan makan mereka. Membatasi kuasa Tuhan dan keraguan akan kuasa Tuhan inilah yang menjadi penghambat perjalanan bangsa Israel, sehingga mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 th.

Kalau seseorang ragu-ragu akan kuasa Tuhan, maka pertumbuhan rohaninya mandeg, kerohaniannya tidak bertumbuh. Selalu mengeluh, jarang mengucap syukur. Berkat Tuhan tidak turun-turun padanya. Hidupnya penuh dengan pertikaian dan percekcokan. Ini dijelaskan dalam Alkitab. Contoh : Bangsa Israel dalam kitab PL dan bangsa Yahudi dalam kitab PB.

Sebaliknya, buat orang yang percaya pada kuasa Tuhan, ia akan menikmati berkat Tuhan, pertolongan Tuhan, hatinya penuh damai sejahtera. Hatinya penuh dengan nyanyian. Walaupun Paulus dan Silas dipenjara karena Injil dengan kaki mereka dipasung, mereka menyanyi memuji Tuhan dengan hati yang penuh dengan sukacita, karena mereka tahu Tuhan Mahakuasa, sanggup menolong mereka. Yusuf, walaupun berada dipenjara karena fitnahan, karena dia meyakini kuasa Tuhan, dia melakukan tugasnya di penjara dengan penuh tanggung jawab. Ia yakin Tuhan pasti membebaskan dia dari penjara. Kita yang menyadari kemahakuasaan Tuhan, kesanggupan Tuhan, maka kita dapat menyanyi dengan penuh sukacita dan hidup dalam damai sejahtera, dan dapat bernyanyi,”Yesus sanggup, Yesus sanggup melakukan perkara yang besar, Dia sanggup, Yesus sanggup……”



Pernah saya ditanya oleh teman saya yang pertanyaannya sebagai berikut : Sanggupkah Tuhan menciptakan batu yang Tuhan sendiri tidak mampu mengangkatnya. Saya tidak segera menjawab, sebab saya berpikir pertanyaan ini sebagai pertanyaan jebakan yang memang tidak perlu dijawab. Namun saya tetap menjawab. Jawaban saya adalah "Tidak ada sebutan Tuhan itu tidak sanggup dalam keyakinan saya pada Tuhan. Kata "tidak" harus dihapus dari pertanyaan Anda." Itulah jawaban saya.

Kuasa Tuhan tidak lepas dari otoritas atau hak Tuhan untuk menentukan. Walaupun kita meyakini Tuhan itu berkuasa dan mempunyai kemampuan yang tidak terbatas, tapi tidak selalu apa yang kita doakan, apa yang kita harapkan menjadi kenyataan. Semuanya Tuhan yang berhak menentukan. Kalau seseorang hanya percaya Tuhan yang mahakuasa, tapi dia tidak mengakui Tuhan yang berdaulat/punya hak yang menentukan hidupnya, maka hidupnya akan penuh dengan kekecewaan. Pada saat doanya belum dikabulkan Tuhan, dia sudah berkata doa saya tidak dikabulkan. Ketika dia berdoa agar si Linda yang putih mulus menjadi istrinya, ternyata si Linche yang hitam legem yang nikah dengannya. Lalu ia berpikir, “jangan-jangan Tuhan salah dengar doa saya”

Ingat Tuhan memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Semua yang  kita miliki, yang kita pakai, yang kita alami , semuanya mendatangkan kebaikan buat kita. Yang cocok dengan kita, yang pas buat kita. Belajarlah kita mengakhiri doa kita dengan mengatakan, “KehendakMu yang jadi Tuhan, bukan kehendakku.


PENUTUP :

Terserah Tuhan atau berserah pada Tuhan, berarti :

1. Kita mengimani, meyakini, menyadari bahwa Tuhanlah yang mempunyai hak menentukan/otoritas dalam hidup kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita. Baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, kita harus menerima dengan hati syukur. Jalani terus hidup ini dengan IMAN DAN HARAPAN, HIDUP SEMAKIN BAIK, MAJU DAN DIBERKATI dengan bermoto “ORA ET LABORA”- “BERDOA DAN BEKERJA.

2. Kita meyakini bahwa Tuhan kita, Yesus Kristus sanggup melakukan perkara yang besar dalam hidup kita. Tuhan Maha Kuasa, Dia sanggup menolong kita dan memberikan jalan keluar buat kita. Menyempurnakan hidup kita. Bisa saja kita risau, sedih sakit hati dalam hidup kita, seperti yang dialami Hanna. Ingat, Tuhan Yesus tidak membiarkan kita terus-menerus dalam keadaan seperti itu. Tuhan Yesus yang mengasihi kita akan menolong kita.

A M I N